Senin, 17 Mei 2021

Process Explorer

Mengenal Process Explorer

Process Explorer merupakan salah satu utilitas bagian dari Sysinternal menjadi satu dengan utilitas lain seperti Autoruns, Process Monitor, PsExex, PsKill

Sysinternal Suite merupakan kumpulan hasil karya Mark Russinovich. Aplikasi yang terdapat di dalamnya merupakan utilitas yang dapat mempermudah pengguna mengatasi berbagai masalah yang biasa timbul serta melakukan diagnosis pada sistem. Utilitas ini merupakan perangkat lunak yang disediakan secara gratis oleh Microsoft Corporation.Sysinternal suite memiliki lebih dari 20 aplikasi yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan sesuai dengan fungsi masing-masing utilitas. 

Process Explorer
Utilitas ini termasuk dalam Utilitas untuk Process, dimana utilitas ini digunakan untuk memecahkan permasalahan dan melakukan diagnosis pada fungsi Proses Berjalan. 

Process Explorer dapat menampilkan proses berjalan, registry keys dan daftar file yang dijalankan serta menampilkan kepemilikan setiap proses yang dijalankan tersebut.

ProcessExplorer merupakan utilitas yang memungkinkan pengguna dapat melihat lebih detail mengenai segala proses yang berjalan pada sistem komputer. Berbeda halnya dengan aplikasi default sistem yaitu Task Manager yang hanya menampilkan secara parsial dari proses-proses yang berjalan.  ProcessExplorer dapat menampilkan informasi parent dari sebuah program yang dijalankan serta lokasi keberadaan dari file-file lain yang dijalankan oleh program tersebut serta menampilkan Process Identifier (PID) dari program tersebut.

Dalam melakukan analisa sebuah insiden siber, aplikasi ProcessExplorer sangat bermanfaat, karena aplikasi ini dapat menampilkan detail setiap proses yang berjalan serta mempunyai fitur yang dapat terkoneksi dengan Anti-Virus online yaitu VirusTotal yang akan secara otomatis mengirimkan file-file yang sedang berjalan ke VirusTotal. Selanjutnya VirusTotal akan mengirimkan kembali hasil file scanning nya kepada aplikasi ProcessExplorer.

Gambar 1. Aplikasi ProcessExporer

Misalkan pada gambar 1, aplikasi ProcessExplorer mendeteksi sebuah program “explorer.exe”. Untuk fitur koneksi ke VirusTotal telah diaktifkan. Hal ini berdasarkan hasil scanning VirusTotal yang memberikan informasi bahwa 0 Antivirus dari 74 Antivirus yang terdaftar pada VirusTotal mengklaim bahwa tidak ada malicious software.

Untuk setiap informasi yang diberikan oleh VirusTotal perlu dilakukan konfirmasi kembali dengan melakukan pemeriksaan secara detail pada lokasi penyimpanan file tersebut. Konfirmasi mengenai aplikasi malicious atau bukan dapat dilakukan dengan melakukan Dynamic Analysis menggunakan tools yang tersedia secara OpenSource ataupun Lisensi. Namun jika pengguna sudah yakin bahwa aplikasi tersebut bersifat malicious dapat dilakukan penghentian proses (kill process) untuk program tersebut. Sehingga aplikasi tidak aktif kembali yang memungkinkan akan memunculkan sebuah insiden.Selain menampilkan detail proses dan terkoneksi Anti-Virus Online, ProcessExplorer dapat menampilkan graph penggunaan CPU untuk setiap proses yang berjalan serta menampilkan owner dari proses tersebut. Informasi tersebut dapat menjadi informasi tambahan untuk melakukan

Bisa tonton videonya disini



Minggu, 16 Mei 2021

IAAS (Infrastructure As A Service) sebagai Arsitektur Cloud Computing

 IaaS (Infrastructure As A Service) sebagai Arsitektur Cloud Computing

Apa itu IaaS?

IaaS (Infrastructure as a Service) adalah jenis model layanan Cloud yang pada dasarnya merupakan server fisik dan virtual server. Para penyedia layanan IaaS menyediakan resource cloud seperti server, jaringan, storage dan ruang data center.

IaaS merupakan layanan yang memungkinkan kamu menggunakan server tanpa perlu membeli komputer dan peralatannya secara fisik,  melakukan pemeliharaan rutin, dan melakukan konfigurasi perangkat.

Karakteristik IaaS

Karakteristik yang mendefinisikan IaaS meliputi:

  • Sumber daya tersedia sebagai layanan
  • Biaya bervariasi tergantung konsumsi
  • Layanan sangat skalabel
  • Banyak pengguna di satu perangkat
  • Organisasi tetap memegang kendali penuh atas infrastruktur
  • Dinamis dan fleksibel

Keuntungan IaaS

Sesuai yang dijelaskan sebelumnya jika IaaS merupakan model layanan yang pengguna tidak perlu lagi membeli komputer dan peralatannya secara fisik untuk membangun server, melakukan pemeliharaan rutin, dan melakukan konfigurasi perangkat.

IaaS juga menawarkan banyak keuntungan, termasuk:

  • Model cloud computing yang paling fleksibel
  • Mudah untuk mengotomatiskan penyebaran penyimpanan, jaringan, server, dan kekuatan pemrosesan
  • Pembelian layanan dapat didasarkan pada konsumsi
  • Klien memegang kendali penuh atas infrastruktur mereka
  • Resource dapat dibeli sesuai kebutuhan

Kerugian IaaS

Saat kamu menggunakan model layanan cloud computing IaaS, Maka kamu harus mengurus sendiri OS, keamanan, aplikasi, database, dll. Karena kebanyakan penyedia layanan hanya menyediakan server dan jaringan.

Contoh IaaS

Contoh populer IaaS termasuk DigitalOcean , Linode , Rackspace , Amazon Web Services (AWS) , Cisco Metacloud , Microsoft Azure , dan Google Compute Engine (GCE). Dan masih banyak lagi lainnya.

Kapan Menggunakan IaaS

Sama halnya halnya SaaS dan PaaS, ada beberapa situasi khusus ketika IaaS paling menguntungkan. Ketika kamu mempunyai Startup dan perusahaan kecil IaaS mungkin solusi terbaik dibanding menghabiskan waktu dan uang untuk membeli dan membuat perangkat keras dan perangkat lunak. 

Kapan saja Anda tidak yakin dengan tuntutan aplikasi baru, IaaS menawarkan banyak fleksibilitas dan skalabilitas.

Perbedaan IaaS dan VPS Hosting

Apa itu VPS Hosting?

VPS (virtual private server) hosting berbasis pada server yang dibuat menggunakan virtualisasi dengan skema time-shared atau resource-shared.

Kelemahan dari teknologi virtualisasi dengan skema time-shared atau resource-shared pada VPS hosting yaitu apabila salah satu Guest OS (customer) memiliki traffic yang tinggi dan menjadikan beban server meningkat, maka dampak atau beban tersebut akan dirasakan pada semua guest OS yang ada pada hypervisor tersebut. Hal ini tentunya dapat mengganggu kinerja keseluruhan aplikasi yang di host pada server tersebut. Kejadian tersebut disebabkan karena semua resource dimiliki oleh server yang sama dan tidak dialokasikan secara khusus untuk masing – masing customer. Dengan skema ini pula menjadikan VPS hosting kurang efisien karena customer tidak dapat secara fleksibel menaikkan dan menurunkan (scale up / scale down) sumber daya komputasi sesuai dengan kebutuhan customer.

Mengapa Cloud IaaS menonjol sebagai solusi terbaik yang ada saat ini?

Pada cloud Iaas, ada pilihan untuk mengintegrasikan resource komputasi tambahan jika diperlukan, RAM, storage, CPU, bandwidth, dll. Bisa ditambah hanya dengan beberapa klik saja saat dibutuhkan dan dikurangi kembali apabila sudah tidak dibutuhkan lagi. Dengan kata lain dapat Cloud IaaS dapat didefinisikan sebagai solusi yang menyediakan computing resource sesuai dengan kebutuhan dan permintaan dari customer.

Sedangkan pada VPS hosting provider menawarkan kepada customer spesifikasi server yang sudah ditentukan misalnya: 2 CPU, 4GB RAM, 100 GB storage dan 1 IP Public. Dan apabila sewaktu – waktu customer memerlukan resource yang lebih besar, maka pihak provider akan menyediakan server baru yang spesifikasinya sesuai kebutuhan customer. Dan pihak customer akan diminta untuk memigrasikan datanya ke server baru. Solusi seperti ini sangatlah tidak efisien untuk perusahaan – perusahaan yang membutuhkan mobilitas yang tinggi.

 VPS Hosting Cloud IaaS
InfrastrukturTidak ada redundancy, single physical server digunakan oleh banyak customer. Resource-shared.Fully redundant. Resource terdistribusi dibeberapa physical server dan masing – masing customer mendapatkan dedicated resource.
 SkalabilitasUpgrade dan downgrade resource komputasi secara manual dan membutuhkan downtime. Bahkan memerlukan migrasi.Quick self service – provisioning hanya dalam beberapa kali klik. Upgrade dan downgrade resource komputasi secara fleksible (on-the-fly) tanpa downtime.
 AvailabilityTidak menawarkan high availability, apabila server fail maka keseluruhan Guest OS yang ada diatasnya akan fail.Menawarkan High Availability. Dengan cloudciti IaaS availability yang di berikan adalah 99,9%.
 ResourceTidak menawarkan fleksibilitas dalam menentukan resource komputasi.Sangat Fleksibel dalam menentukan resource komputasi. Customer yang menentukan sendiri kebutuhan resource komputasinya.
Server Management methodMelakukan open ticket ke VPS provider. SLA yang diberikan sangat bervariatif.Self service. Dengan cloudciti IaaS customer diberikan single portal untuk mengkontrol, akses, monitoring dan konfigurasi servernya secara mandiri.
SupportSupport level yang diberikan sangat beragam tergantung dari VPS provider. Kebanyakan hanya memberikan support yang sangat terbatas atau harus membeli paket premium untuk mendapatkan support tertentu.Secara default Cloudciti IaaS telah memberikan support monitoring oleh security operation center (SOC) dan Network Operation center (NOC), serta help desk selama 24/7. Selain itu Cloudciti IaaS juga memberikan usage report secara regular setiap bulannya.

Penjelasan video dapat ditonton di bawah.



Recovery Data di OS Windows

Karena kebanyakan orang menggunakan OS Windows (dan saya tahunya hanya itu), pembahasan disini menggunakan acuan OS Windows. Mungkin kalau OS lain seperti Linux atau Macintosh prinsipnya sedikit beda.
Pada saat pengguna menekan tombol ‘delete’, pada kondisi default data akan dipindah di recycle bin. Jadi data hanya dipindah tempat, bukan di hapus. Data yang ada di recycle bin masih utuh, hanya saja tidak bisa diakses seperti biasanya. Untuk mengembalikan data yang berada di recycle bin relatif mudah, yang harus dilakukan hanyalah klik kanan file dan lakukan restore. Data pun kembali ke tempat asal. Data dalam recycle bin juga lebih mudah untuk dihapus. Cukup dengan menggunakan utility Disk Clean Up, data lama di recycle bin pun akan terhapus secara permanen.
Prinsip recycle bin mirip sama tong sampah di rumah. Sampah yang tidak berguna bisa dibuang kedalam tong sampah. Dan barang yang sudah di buang tentunya bisa diambil kembali dengan mudah. Mungkin ide microsoft membuat recycle bin terinspirasi oleh petugas pembersih sampah..siapa tahu? Yang jelas keberadaan recycle bin akan sangat membantu pengguna bila terjadi salah menghapus file.
Bila masih berada di recycle bin, data akan bisa di restore dengan mudah. Bagaimana bila data sudah terhapus secara permanen. Mengakses recycle bin tidak akan bisa berguna untuk merestore data. Disinilah peranan software recovery, data yang telah di hapus mempunyai harapan untuk di restore kembali

Sebelum ke cara kerja software recovery, ada baiknya kalau di bahas dulu mengenai penghapusan data.
Ketika pengguna komputer menghapus data lamanya dengan menekan Shift+del, maka data tidak dipindah ke recycle bin, namun langsung di hapus begitu saja. Data akan di pindah ke recycle bin apabila pengguna menhapus data dengan menekan tombol ‘del’ saja.
Selama ini kebanyakan pengguna komputer hanya mengetahui ketika di hapus, tentu saja datanya lenyap, tak tampak. Karena memang bila dilihat melalui interface Windows, data itu tidak ada. Tapi mengapa software recovery bisa menemukan data yang lenyap itu?
Oke...Berarti apa makna di hapus yang sebenarnya? apa yang dilakukan oleh Windows? Benarkah data itu lenyap? 
Sebenarnya Windows tidak benar-benar menghapus data seperti ketika kita menhapus isi papan tulis. Yang dilakukann windows hanyalah menghapus index file tersebut dari harddisk. Index itulah yang berisi informasi letak suatu file di harddisk.
Index berfungsi untuk memetakan letak file dalam harddisk. Coba bayangkan tanpa sebuah index, OS akan sangat kesulitan bekerja. Misalnya OS membutuhkan sebuah file, tanpa sebuah index OS tidak akan tahu lokasi sektor dari file tersebut, mengingat ada jutaan sektor dan ribuan data di sebuah harddisk, dan semua data itu hanya berbentuk 0 dan 1. Dengan index, OS bisa mengenali file-file yang ada di harddisk sekaligus mengaksesnya dengan cepat.
Oke...kembali ke penghapusan data. Bila index file sudah di hapus, maka OS akan menganggap file tersebut tidak ada, itulah yang pengguna komputer anggap sebagai dihapus Meski pada kenyataannya isi file tersebut masih utuh di harddisk. Itulah sebabnya proses menghapus data bisa lebih cepat daripada menulis data, meski dengan ukuran file yang sama.
Data yang indexnya sudah di hapus tentu saja bisa di timpa oleh data lain. Karena OS menganggap data itu tidak ada. Misalnya ada sebuah data yang terletak di sektor 2345 sampai dengan 56789. Kemudian pengguna menghapus data tersebut. Seperti yang sudah dijelaskan tadi, OS hanya menghapus index data, data asli yang terletak di sektor 2345 sampai dengan 56789 tidak diapa-apakan. Dengan di hapusnya index, maka sektor 2345 s.d 56789 dianggap kosong oleh OS. Karena itu jika ada file baru yang akan di tempatkan di harddisk, OS bisa saja menaruh file tersebut di sektor antara 2345 s.d 56789 kendati sektor tersebut sebenarnya ada datanya. Bila sudah di timpa maka data yang tadi dihapus tersebut tidak akan bisa di baca lagi untuk selamanya, dengan cara apapun.
Masing-masing software recovery mempunyai metode yang berbeda untuk membaca dan mengembalikan file yang terhapus. Namun prinsip kerjanya semuanya sama, yaitu dengan mengandalkan proses penghapusan data OS yang hanya menghapus index data. Dengan menscan isi harddisk, software recovery bisa mengenali file yang indexnya sudah tidak ada. File itulah yang mereka anggap sebagai data yang telah terhapus. File itu bisa di periksa apakah ada bagian filenya yang sudah ditimpa data lain, bila ada maka ucapkan selamat tinggal pada file tersebut, bila tidak file bisa di recover.
Memang semua sofware recovery mensyaratkan supaya file bisa kembali dengan selamat, file tersebut harus belum di timpa oleh data lain. Tidak ada software recovery yang sedemikian sakti, yang bisa mengembalikan data harddisk meski suda di timpa puluhan kali. Jadi bila suatu saat terjadi kehilangan data, jangan lakukan aktifitas yang memungkinkan adanya penulisan data. Kalau perlu jangan menyalakan komputer dulu sebelum siap mental untuk merecovery. Dengan begitu tingkat kemungkinan data bisa kembali utuh semakin besar. Untuk lokasi tujuan file yang di recovery sebaiknya letaknya di drive yang berbeda dengan data yang dihapus. Supaya memperkecil kemungkinan data yang sedang di recovery tertimpa oleh data hasil recovery.
Bicara soal software recovery mana yang paling baik, terus terang saya belum bisa menjawabnya. Karena saya jarang melakukan recovery data, jadi praktis saya jarang membandingkan kinerja antar software recovery. Selain itu jumlah software itu sangat banyak di pasaran, ada yang gratis, ada yang sangat mahal, ada yang interface dan featurenya sederhana, ada pula yang featurenya lengkap. Namun bila data yang hilang skalanya besar, seperti mencakup hampir seluruh harddisk. Maka solusi terbaik adalah memanfaatkan jasa recovery data, mereka akan dapat memperbesar kemungkinan data bisa selamat. Karena tentunya software recovery yang mereka gunakan sebanding dengan harga jasanya. Juga biasanya orang-orang mereka lebih terlatih daripada pengguna komputer rumahan.

Recovery Data di Hard Disk Drive (HDD)

Hard Disk Drive (HDD) bekerja dengan cara menyimpan data pada piringan besi yang berada di dalamnya. Piringan ini bertugas menyimpan data dalam blok-blok magnetik yang menyimpan data dalam bentuk binary, yaitu rangkaian angka 1-0-1-0-1-0 yang dapat dipahami oleh komputer.

Hard Disk Drive (HDD) memiliki sebuah kelemahan yang cukup serius, yaitu kerjanya cukup lambat jika harus melakukan sebuah operasi, baik operasi baca ataupun operasi tulis. Untuk membantu meningkatkan performanya, salah satu cara yang dipakai oleh para produsen hard disk adalah dengan melakukan “penghapusan semu” pada hard disk jika ada data yang ingin dihapus. Misalnya, Anda ingin menghapus beberapa file yang sudah tidak Anda butuhkan, maka Hard Disk Drive (HDD) seringkali hanya akan memberikan “flag” atau tanda bahwa data yang Anda hapus tersebut sudah tidak terpakai, tanpa benar-benar menghapusnya. Karena diberi “flag” tersebut, data pada Hard Disk Drive (HDD) terlihat terhapus oleh komputer, akan tetapi pada aslinya data tersebut masih ada pada piringan magnetik (platter). Data yang belum benar-benar terhapus inilah yang biasanya masih bisa dikembalikan oleh software maupun hardware restorasi data.

Recovery Data di Solid State Drive (SDD)

Solid state drive baru yang mendukung perintah TRIM berperilaku berbeda. Ketika sistem operasi menghapus file dari SSD, ia mengirim perintah TRIM ke drive, dan drive menghapus data. Pada solid state drive, dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menimpa sektor yang digunakan daripada menulis data ke sektor yang tidak digunakan, sehingga menghapus sektor sebelum waktu akan meningkatkan kinerja.

Ini berarti bahwa alat pemulihan file tidak akan berfungsi pada SSD. SSD memiliki jumlah siklus penulisan terbatas, dan menghapusnya akan menghabiskan siklus tulis tanpa manfaat.

Bisakah Data SSD Di-recover?

Bisa di recover atau tidak, adalah sebuah pertanyaan yang sulit. Dalam banyak kasus SSD yang mati bisa dibuat menyala lagi dengan teknik recovery data yang benar, akan tetapi ini tidak membuat SSD tersebut bisa berfungsi dengan normal seperti sedia kala. Selain itu jika SSD yang terkorupsi berhasil dihidupkan kembali maka tidak ada garansi datanya bisa diselamatkan. Karenanya kita harus tahu bagaimana cara mengevaluasi kesehatan SSD sebelum hal yang terburuk terjadi, serta harus mengetahui mekanisme dan batas recovery data dari kerusakan yang disebabkan failure.

Tahap-tahap ketika kehilangan dan Mengembalikan Data Penting (Recovery Data)

  • Cek di Semua Drive dan Media Penyimpanan yang Dimiliki
  • Manfaatkan Fitur Pencarian
  • Cek Recycle Bin
  • Cek File yang Tersembunyi (Hidden)
  • Cari File Backup
  • Gunakan System Restore
  • Gunakan Software Recovery

Tools/ Software Recovery

Di pembahasan ini saya mencoba Recover data menggunakan Easeus Data Recovery. Ada beberapa alasan kenapa saya mencoba software ini. Berikut kelebihannya:

  • Memulihkan yang terhapuskan, terformat, data yang tidak dapat diakses
  • Memulihkan semua jenis file yang hilang, termasuk foto, dokumen, video, audio, email, file yang dikompresi, dan lain-lain
  • Memulihkan data dari partisi yang : dihapus, disembunyikan, hilang atau mentah
  • Mengambil file yang hilang dengan memindai (men-scan) perangkat penyimpanan di tingkat mendalam
  • Ekspor atau impor hasil pemindaian

Berikut langkahnya:

  • Luncurkan Program dan Mulai Scan
  • Pilih Lokasi untuk Mulai Mencari data
  • Scan Komputer Anda atau Perangkat
  •  Preview dan Recover File

Sekian penjelasan mengenai Data Recovery, agar lebih jelas dapat ditonton video dibawah.

 



Rabu, 28 April 2021

SOCKET PROCESSOR

Pengertian Socket Processor

socket merupakan dudukan processor yang letaknya berada pada motherboard. Bentuknya mirip segi empat dan terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi untuk menancapkan kaki processor.


Definisi sederhananya adalah Socket sebagai konektor atau pengubung antara motherboard dengan prosesor.

Adapun kaki processor sendiri berbentuknya seperti matriks dua dimensi yang mana membutuhkan lubang socket yang tersusun sama persis untuk bisa tertancap dengan sempurna.

Secara umum, socket dimanfaatkan sebagai bahan perakitan komputer sehingga tidak heran apabila penggunaannya cukup luas. Namun, keberadaan socket tidak akan pernah bisa lepas dari motherboard itu sendiri.

Contoh Socket Processor dan Processornya


Fungsi Socket Processor
Tidak hanya sebagai tempat dudukan saja, socket processor masih memiliki beberapa fungsi lainnya. Berikut ini beberapa fungsi dari socket yang perlu untuk Anda ketahui agar bisa menggunakannya dengan benar.

1. Memastikan Pemasangan Chip Benar
Fungsi pertama dari socket pocessor adalah digunakan untuk memastikan pemasangan chip di dalam motherboard sudah sesuai dengan posisinya. Di dalam motherboard terdapat sirkuit yang masing-masing memiliki jalurnya tersendiri.

Oleh karena itu pemasangan processor tidak akan pernah bisa berfungsi dengan apabila sirkuitnya tidak sesuai.

2. Mencegah Kerusakan 
Fungsi kedua dari socket processor adalah untuk mencegah adanya kerusakan di unit CPU. Ketika unit dimasukkan ke dalam motherboard, bisa saja terjadi pergesekan yang dapat menimbulkan kerusakan.

Keberadaan socket akan secara otomatis membantu memberikan tingkat keamanan pada bagian unit pendingin CPU yang terkenal sensitif. 

3. Memproses Data Input dan Output
Selain kedua fungsi di atas, socket processor juga memiliki fungsi untuk memproses data yang berasal dari input dan mengeluarkannya lewat output. Akan tetapi, untuk masalah pemrosesan datanya, tingkat kecepatan dipengaruhi oleh jenis processor yang digunakan, bukan pada socketnya.


Cara Kerja Socket Processor
Setelah mengetahui pengertian socket processor, jenis, dan fungsinya, tentu yang terakhir yakni bagaimana cara kerjanya. Cara kerja dari socket baru akan bisa berjalan dengan baik apabila ditempatkan pada jenis processor yang sesuai. Misalkan saja pada processor Intel, maka jenis socket yang digunakan juga harus menggunakan segala varian dari Intel.

Pada setiap varian socket sudah dibekali dengan jumlah pin yang berbeda-beda. Biasanya, jumlah pin akan sesuai dengan namanya seperti misalnya pada socket intel LGA 1156, maka jumlah pinnya juga sebanyak 1156 buah. Nantinya, processor perlu dipasang pada posisi yang benar, yakni kaki-kakinya harus benar-benar sesuai.

Inti dari pemasangan processor memang terdapat pada bagian kaki-kakinya. Apabila tidak disesuaikan dengan kaki-kakinya, maka processor tidak akan berfungsi atau bekerja dengan baik, sedangkan secara umum, processor merupakan inti otak dari komputer. Untuk itu pastikan dulu memasangnya dengan benar dan sesuai posisi.


Cara kerjanya adalah dengan memastikan bahwa processor terpasang dengan baik sehingga tidak akan mengalami kerusakan. Sebab terkadang bisa jadi cara kerjanya tidak berfungsi karena pemasangannya tidak sesuia sirkuit.

Jenis-Jenis Socket Processor
Jenis-jenis Socket Processor Intel

    Socket 423
    Socket 423 bisa dibilang merupakan jenis yang paling pertama atau awal karena masih bisa digunakan pada komputer Pentium 4. Nama lainnya adalah Willamete dengan ukuran lebih besar dibandingkan dari socket pada umumnya. Sayangnya, keberadaan socket ini hanya mampu digunakan pada memori RAM dengan sistem RDRAM.

    Socket 478
    Processor yang kompatibel dengan socket ini:
    • Intel Celeron (Willamette)
    • Intel Celeron (Northwood)
    • Intel Pentium 4
    • Intel Pentium 4 Extreme Edition.

    Socket LGA 775
    Soket ini diperuntukan bagi desktop Central Processing Unit (CPU). Socket ini sangat berbeda dari socket generasi sebelumnya yang berupa lubang socket untuk menancapkan kaki-kaki prosesor yang jumlahnya sangat banyak.
    Socket ini tak lagi punya lubang, melainkan pin yang menonjol dengan jumlah keseluruhan 775 pin. Pin-pin tersebut adalah titik kontak sentuh dengan prosesor pada bagian bawahnya.
    Seri produk yang kompatibel dengan socket LGA 775 adalah:
    • Intel Pentium 4 (2,60 – 3,80 Ghz)
    • Intel Pentium 4 Extreme Edition (3,20 – 3,73 Ghz)
    • Intel Pentium Dual Core
    • Intel Core 2 Duo, Intel 2 Extreme, Intel 2 Quad
    • Intel Xeon
    • Intel Celeron

    Socket LGA 1156
    Biasanya digunakan pada processor menengah ke bawah atau bisa disebut (midlow).
    Pengintegrasian fitur yang terdapat pada Northbridge kedalam prosesor ini diantaranya:
    • PCI-Express 2.0 x 16 yang berfungsi untuk berkomunikasi dengan kartu grafis
    • DMI untuk berkomunikasi dengan Platform Controller Hub (PCH)
    • FDI yang terdiri dari 2x DisplayPort
    • Dua jalur untuk komunikasi dengann DDR3 SDRAM.
    • Beberapa prosesor yang bisa digunakan pada soket LGA 1156 adalah 
    • prosesor dengan code name Lynfield (i5, i7, Xeon)
    • prosesor dengan code name Clarkdale 9 (Celeron, Pentium i3 dan i5). 
    • Penggunaan soket ini memungkinkan user upgrade prosesor tanpa berganti motherboard.


    Socket LGA 1155
    Socket yang mendukung mikroprosesor Intel Sandy Bridge dan Ivy Bridge. Socket ini memiliki 1155 pin sebagai titik kontak sentuh dengan prosesor dan pin tersebut diatur dengan sistem Array 40x40 dengan bagian  tengah area kosong (24x16) dan ada 61 pin yang dihilangkan dan 2 pin yang berdampingan di tengah area, sehingga total adalah 1600 – 384 – 61 = 1.155 pin. 

    Socket LGA 1366
    Jika pada LGA 1156 disebut sebagai segmen menengah ke bawah atau mid-low, maka pada socket satu ini diperuntukkan jenis segmen kelas atas atau high-end.
    Processor-processor yang sudah support dengan jenis socket satu ini adalah Core i7, Core i7 9xx Six Core. Untuk memorinya, yang sudah didukung adalah penggunaan DDR3.

    Socket LGA 1150
    Socket ini mendukung prosesor dari keluarga Haswell dan generasi setelahnya, yaitu Broadwell. Socket ini punya 1150 pin yang digunakan untuk menghubungkan semua konektor pada prosesor ke motherboard. 
    Kelebihan socket H3 ini adalah dukungan terhadap semua jenis output video termasuk di dalamnya VGA, DVI dan HDMI.

    Jenis-jenis Socket Processor AMD

    Socket 462
    Selain disebut sebagai socket 462, socket processor satu ini juga sering disebut sebagai socket A. Sesuai dengan namanya, jumlah pin yang melekat pada socket ini adalah sebanyak 462 buah.
    Hal tersebut sebanding dengan penggunaan input atau output yang bisa didukung, yakni AMD Duron, AMD Athlon, dan AMD Sempron K7.

    Socket 754
    Sebagian besar socket yang terdapat pada processor AMD memiliki jumlah pin yang sesuai dengan namanya, tak terkecuali juga pada jenis socket satu ini.
    Golongan akses dari socket ini berada pada segmen menengah bawah atau biasa disebut low-end. Untuk processor yang sudah support pada socket ini adalah Sempron K8 dan Athlon 64 Generasi awal.

    Socket 939
    Jenis socket yang selanjutnya adalah 939 dengan jumlah pin yang sesuai namanya. Berbeda dengan keluaran socket sebelumnya yang merupakan segmen menengah ke bawah, pada socket satu ini sudah termasuk dalam golongan menengah ke atas atau mid-high.
    Untuk itu, socket ini sudah mendukung semua penggunaan processor jenis AMD atas.

    Socket AM2
    Memiliki nama yang sedikit berbeda dengan jenis-jenis lainnya, socket AM2 terdiri dari pin yang berjumlah 940 buah. Kelebihan dari socket ini adalah telah didkung oleh Dual Channel DDR2, Hypertransport 2.0, dan masih banyak lagi jenisnya.
    Apabila jenis socket sebelumnya hanya cocok pada processor kelas atas, maka kali ini bisa digunakan pada kelas ekonomi.

    Socket AM3
    Pada socket AM3 sudah kompatible digunakan untuk jenis memori Hypertransport dan DDR3. Karena penciptaannya sudah berada di era yang modern, maka tidak mengherankan apabila bisa diterapkan pada jenis processor AMD versi terbaru. Untuk komputer yang menggunakan processor lawas, tidak akan cocok menggunakan jenis socket satu ini.

    Socket AM4
    Setelah mengeluarkan jenis socket AM2 dan AM3, varian socket yang selanjutnya adalah AM4. Memori yang didukung sudah menggunakan sistem DDR4 dan bisa digunakan pada berbagai jenis processor AMD paling baru seperti misalnya seri FX, APU, dan masih banyak yang lainnya.

    Cara Mengetahui Socket Processor
    • Instal dan buka software CPU-Z
    • Pilih Tab CPU
    • Lalu lihat gambar di bawah, Di sana akan tersedia banyak tab informasi seputar detail komputer yang digunakan termasuk jenis socket.



    Untuk lebih jelasnya bisa tonton video ini:



    Selasa, 27 April 2021

    SEPUTAR ANDROID DAN PEMROGRAMAN DASARNYA

     APA ITU ANDROID?

    Android merupakan sistem operasi berupa piranti lunak yang tidak berwujud, ia berupa deretan kode program berbasis Linux yang dirancang untuk perangkat seluler seperti yang banyak kita temukan sekarang ini. Tanpa Android, maka ponsel sehebat apapun tidak akan dapat berfungsi. 

    Yang unik dari Android adalah penerapan manipulasi langsung sehingga ponsel yang ditenagai Android dapat merespon input sentuhan seperti menggesek, mencubit, mengetuk, menekan dan lain-lain. Dan karena ia merupakan kode berlisensi open source, maka pengembang aplikasi dan pabrikan dapat memperluas fungsionalitasnya ke batas-batas maksimal.

    SEJARAH

    Android pada mulanya berada di bawah naungan Android, Inc. Sebuah perusahaan yang didirikan pada tahun 2003 silam oleh Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears dan Chris White. Markas besarnya berlokasi di Palo Alto, California. Lucunya, Android pada awalnya tidak dibuat untuk ponsel, melainkan untuk kamera digital.

    Tujuan itu bergeser ketika perusahaan menyadari peluang mereka lebih besar untuk berkembang jika menyasar perangkat mobile.

    Lalu di tahun 2005, tepatnya pada tanggal 17 bulan Agustus, Google meminang Android Inc yang artinya Google juga memboyong para pendiri Android ke dalam naungan mereka. Tapi sampai di penghujung tahun 2006, Google belum melahirkan apa-apa, Android menghilang dan barulah pada 22 Oktober 2008 ponsel seluler komersil pertama berbasis Android diluncurkan dengan nama HTC Dream.

    756px-HTC_Dream_opened

    Dua tahun berselang, Google melepaskan ponsel pintar seri Nexus One yang proses pembuatannya dibantu oleh HTC. Kemudian muncullah berbagai brand dari OEM yang berbeda mulai dari Samsung, LG, Asus, Lenovo, HTC, dan lain sebagainya.

    Versi-versi Android

    Seiring berjalannnya waktu, Android pun mengalami banyak perubahan dan perbaikan. Fitur-fitur barupun ditambahkan demi memberikan performa yang lebih optimal. Pengembangan ini melahirkan beberapa versi dan nama, di antaranya:

    • 1.5 Cupcake, dirilis pada 30 April 2009
    • 1.6 Donut, 15 September 2009
    • 2.0–2.1  Eclair, 26 Oktober 2009
    • 2.2  Froyo, 20 Mei 2010
    • 2.3–2.3.2 Gingerbread, 6 Desember 2010
    • 2.3.3–2.3.7 Gingerbread, 9 Februari 2011
    • 3.1 Honeycomb, 10 Mei 2011
    • 3.2 Honeycomb, 15 Juli 2011
    • 4.0.3–4.0.4 Ice Cream Sandwich, 16 Desember 2011
    • 4.1.x Jelly Bean, 9 Juli 2012
    • 4.2.xJelly Bean, 13 November 2012
    • 4.3.x Jelly Bean, 24 Juli 2013
    • 5.0 Lollipop, 15 Oktober 2014
    • 6.0 Marshmallow 29 Mei 2015
    • Android 7.0 Nougat Juni 2016
    • Android 8.0 Oreo Agustus 2017
    • Android 9.0: Pie Agustus 2018
    • Android 10 13 Maret 2019, Alih-alih menggunakan nama makanan penutup, ini merupakan pertama kalinya Google tak menggunakan nama sesuai urutan alfabet.
    • Android 11 2020

    Pemrograman Android
    Instal Android Studio 

    1.       Download Android Studio di https://developer.android.com/studio



     

    2.       Jalankan installer android studio



     

    3.       Klik next untuk melanjutkan proses



    4.       Sesuaikan komponen tambahan yang dipilih seperti pada gambar di bawah ini, lalu klik next

     

    5.       Selanjutnya, pilih lokasi untuk install Android Studio



    6.       Klik Install



     

    7.       Jika sudah selesai install Android Studio, Sekarang install SDK Android Studio, Sebelum menginstall SDK Android Studio, pastikan perangkat Anda terhubung ke internet. Sebab akan ada proses download untuk komponen-komponen SDK Android Studio.

    8.       Buka aplikasi Android Studio yang telah diinstall



    9.       Klik Next untuk melanjutkan ke proses instalasi.



     

    10.   Selanjutnya, pilih tipe instalasi. Klik Next untuk melanjutkan instalasi, di tutorial ini memilih custom.



     

    11.   Kemudian, pilih tema untuk tampilan di dashboard Android Studio. Lalu klik Next untuk melanjutkan.



     

    12.   Kemudian klik Next untuk melanjutkan instalasi.



     

    13.   Selanjutnya, tentukan RAM. Sebaiknya gunakan RAM minimal 4GB agar tidak memperlambat proses running Emulator ketika menjalankan aplikasi yang telah Anda buat. Klik Next untuk melanjutkan instalasi.



     

    14.   Klik Finish untuk memulai proses download dan installasi SDK



     

    15.   Setelah proses download dan install selesai, akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.


    Membuat aplikasi counter mobile

    -        Source code res/values/strings.xml

    <resources>
        <string
    name="app_name">Hello Toast</string>
        <string
    name="reset">Reset</string>
        <string
    name="_0">0</string>
        <string
    name="count">Count</string>
        <string
    name="toast">Toast</string>
    </resources>

     

    -        Source code res/values/dimens.xml

    <?xml version="1.0" encoding="utf-8"?>
    <resources>
        <dimen
    name="activity_horizontal_margin">16dp</dimen>
        <dimen
    name="activity_vertical_margin">16dp</dimen>
        <dimen
    name="count_text_size">160sp</dimen>
    </resources>

     

    -        Souce code res/values/colors.xml

    <?xml version="1.0" encoding="utf-8"?>
    <resources>
        <color
    name="purple_200">#FFBB86FC</color>
        <color
    name="purple_500">#FF6200EE</color>
        <color
    name="purple_700">#FF3700B3</color>
        <color
    name="teal_200">#FF03DAC5</color>
        <color
    name="teal_700">#FF018786</color>
        <color
    name="ColorPrimary">#0cff1e</color>
        <color
    name="black">#FF000000</color>
        <color
    name="white">#FFFFFFFF</color>
        <color
    name="myBackgroundColor">#ff9d89</color>

    </resources>

     

    -          Source code res/layout/activity_main.xml

    <?xml version="1.0" encoding="utf-8"?>
    <LinearLayout
    xmlns:android="http://schemas.android.com/apk/res/android"
       
    xmlns:app="http://schemas.android.com/apk/res-auto"
       
    xmlns:tools="http://schemas.android.com/tools"
       
    android:layout_width="match_parent"
       
    android:layout_height="match_parent"
       
    android:orientation="vertical"
       
    android:paddingLeft="@dimen/activity_horizontal_margin"
       
    android:paddingTop="@dimen/activity_vertical_margin"
       
    android:paddingRight="@dimen/activity_horizontal_margin"
       
    android:paddingBottom="@dimen/activity_vertical_margin"
       
    tools:context=".MainActivity">

        <TextView
           
    android:id="@+id/show_count"
           
    android:layout_width="match_parent"
           
    android:layout_height="wrap_content"
           
    android:layout_weight="4"
           
    android:background="@color/myBackgroundColor"
           
    android:gravity="center"
           
    android:text="@string/_0"
           
    android:textColor="@color/ColorPrimary"
           
    android:textSize="@dimen/count_text_size"
           
    android:textStyle="bold" />

        <Button
           
    android:id="@+id/button_count"
           
    android:layout_width="match_parent"
           
    android:layout_height="wrap_content"
           
    android:layout_weight="2"
           
    android:gravity="center"
           
    android:text="@string/count"
           
    android:textStyle="bold"
           
    android:onClick="countUp" />

        <Button
           
    android:id="@+id/button_reset"
           
    android:layout_width="match_parent"
           
    android:layout_height="wrap_content"
           
    android:layout_weight="2"
           
    android:onClick="reset"
           
    android:text="@string/reset"
           
    app:backgroundTint="#bd1f24" />

        <Button
           
    android:id="@+id/button_toast"
           
    android:layout_width="match_parent"
           
    android:layout_height="wrap_content"
           
    android:layout_weight="2"
           
    android:onClick="showToast"
           
    android:text="@string/toast"
           
    app:backgroundTint="#744ebd" />
    </LinearLayout>

     

    -        Source code java/com.example.hellotoastzcoolacc/MainActivity.java

    package com.example.hellotoastzcoolacc;

    import
    android.content.Context;
    import
    androidx.appcompat.app.AppCompatActivity;
    import
    android.os.Bundle;
    import
    android.view.View;
    import
    android.widget.TextView;
    import
    android.widget.Toast;

    public class
    MainActivity extends AppCompatActivity {
       
    private int mCount = 0;
        private
    TextView mShowCount;

       
    @Override
       
    protected void onCreate(Bundle savedInstanceState) {
           
    super.onCreate(savedInstanceState);
           
    setContentView(R.layout.activity_main);
           
    mShowCount = (TextView) findViewById(R.id.show_count);
       
    }

       
    public void countUp(View view) {
           
    mCount++;
            if
    (mShowCount != null)
               
    mShowCount.setText(Integer.toString(mCount));
       
    }

       
    public void reset(View view) {
           
    mCount=0;
            if
    (mShowCount != null)
               
    mShowCount.setText(Integer.toString(mCount));
       
    }

       
    public void showToast(View view) {
            Context context = getApplicationContext()
    ;
           
    Toast toast = Toast.makeText(context, "Hello Toast adalah aplikasi penghitung", Toast.LENGTH_LONG);
           
    toast.show();

       
    }
    }

     

    Pembahasan ini dapat ditonton videonya berikut: